Menurut data Masyarakat Transportasi Indonesia maupun Kementerian Perhubungan, diperkirakan pemudik pada tahun 2010 mencapai 17 juta orang. Jumlah ini hampir sama dengan total penduduk satu benua Australia yang mencapai 20 juta. Fakta lain menunjukkan bahwa mudik Lebaran tidak hanya didominasi oleh kaum Muslim saja, namun juga umat agama lain. Kita semua memanfaatkan momentum ini sebagai ajang untuk bertemu dengan sanak keluarga dan kerabat di kampung halaman.
Dari total pemudik 17 juta tersebut, diperkirakan akan menggunakan moda transportasi yang berbeda: 7,2 juta menggunakan sepeda motor, 2,6 juta pengguna mobil, 1,97 juta pengguna pesawat terbang, 3 juta pengguna kapal laut, dan 4 juta pengguna kereta api dan bus umum. Pada Lebaran 2010, sejak awal bulan puasa, masyarakat sudah memulai aktivitas mudik itu sendiri. Buktinya, pada H-30 Lebaran atau awal puasa, masyarakat sudah memadati stasiun KA untuk memesan tiket mudik. Hal ini terjadi karena kebijakan PT KAI yang menetapkan bahwa tiket KA sudah bisa dipesan 30 hari sebelumnya. Hasilnya, sungguh fantastis. Dalam hitungan menit setelah loket dibuka, penjualan tiket KA ke berbagai jurusan mudik di Pulau Jawa selalu habis terjual.
Pada akhir Ramadan ketika terjadi aktivitas mudik Lebaran untuk merayakan Idulfitri di kampung halaman masing-masing mereka tak peduli dengan harga tiket yang membubung tinggi, kesengsaraan di jalan karena berjubelnya manusia, hingga resiko kecelakaan yang kerap terjadi. Apapun risikonya, mudik akan tetap dilakukan meskipun menjalani derita dalam perjalanan dengan risiko jadi korban kejahatan.
Penderitaan yang kemungkinan dilakoni pemudik di perjalanan, justru dianggap sebagai untaian cerita menarik dan membanggakan. Arifin Purwakananta, Direktur Dompet Dhuafa, memperkirakan Rp 80,9 triliun mengalir dari para pemudik saat melakukan mudik. Bila jumlah pemudik mencapai 56% penduduk kota, dana Rp80,9 triliun tersebut akan mengalir melalui transportasi yang digunakan pemudik, kedermawanan kepada sanak keluarga, dan untuk wisata. Mudik lebaran menghipnotis banyak orang. Fenomena mudik ini adalah buah dari urbanisasi dan aglomerasi ekonomi. Segi positif aktivitas mudik mengharuskan pemerintah memperbaiki dan menambah kondisi infrastruktur yang ada, mulai dari pembangunan jalan darat, rel kereta api, jembatan, bandar udara, hingga pelabuhan laut.
Momen istimewa ini tentunya membawa keberkahan tersendiri bagi para pengusaha jasa transportasi. Sebagai contoh jasa transportasi bus perjalanan antar daerah pada hari raya harga tiket lebih mahal, pengguna jasanya pun lebih banyak berlipat – lipat, dan jadwal perjalanan bus- bus antardaerah juga ditambah dibandingkan hari biasanya. Selain menyiapkan angkutan lebaran belasan ribu itu, kata Kadis Hubkomintel Aceh, melalui Kabid Perhubungan Darat Dishubkomintel, I.H.Sanasi, MM, kepada wartawan, Rabu (18/8) di Bandaaceh, pihaknya juga menyiapkan cadangan bus damri. Jumlah angkutan lebaran dipastikan masih sama seperti tahun kemarin, begitu juga cadangannya. Apalagi bagi penyedia jasa transportasi yang ditunjang oleh kemajuan teknologi, sebagai contoh jasa penerbangan domestik dan jasa angkutan kapal laut antar pulau, “lonjakan penumpang sekitar 20 - 40 persen tujuh hari menjelang Lebaran," kata Kepala PT Pelni Cabang Ambon, Bachtiar Rohim di Ambon, Jumat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar